Kata fasiq berasal dari bahasa Arab ‘Al-Fisq’ atau ‘Al-Fusuq’ yang bermakna keluarnya sesuatu dari sesuatu yang lain dalam keadaan rusak. Adapun dalam pengertian syariat maka artinya adalah keluar dari ketaatan.
Ketaatan yang dimaksud mencakup segala perbuatan, baik yang bila ditinggalkan menyebabkan kufur atau jika ditinggalkan tidak menyebabkan kufur.
Dari sini kefasiqan dibagi menjadi dua:
1. Kefasiqan akbar (besar) yang bersifat kulli (menyeluruh). Artinya keluar dari Islam secara keseluruhan dan ini sama dengan kufur. Sehingga orang kafir bisa disebut fasiq dalam pengertian ini. Sebagai contoh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan sungguh Kami telah turunkan kepadamu ayat-ayat yang nyata dan tidaklah mengkafirinya kecuali orang-orang yang fasiq.” (Al-Baqarah: 99)
Seseorang masuk dalam kategori ini jika melakukan salah satu bentuk kufur besar.
2. Kefasiqan ashghar (kecil) yang bersifat juz’i (sebagian). Artinya keluar dari sebagian ajaran Islam dengan cara melakukan dosa besar. Dari pengertian ini seorang mukmin yang melakukan dosa besar disebut fasiq atau Al-Fasiqul Milli (orang fasiq yang masih dalam agama Islam) atau Mu’min Naqishuh Iman (mukmin yang imannya kurang) atau Mu’min bi Imanihi Fisiq bi Kabiratihi (mukmin dengan imannya, fasiq dengan dosa besarnya).
Sebagai contoh Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang menuduh (berzina) wanita-wanita yang menjaga kehormatannya lalu tidak mendatangkan empat saksi maka cambuklah mereka delapan puluh cambukan dan jangan kalian terima persaksian mereka selama-lamanya dan mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (An-Nur: 4)
Contohnya juga dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Mencela seorang muslim itu adalah kefasiqan…” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Harus dipahami bahwa perbuatan menuduh seperti disebutkan dalam ayat di atas dan juga mencela bukan termasuk perbuatan kufur tapi termasuk dosa besar. Oleh karenanya, mereka yang melakukan perbuatan tersebut masih muslim walaupun disebut fasiq atau yang lain sebagaimana di atas.
Kesalahan Memahami Makna Fasiq
Golongan Mu’tazilah terjatuh dalam kesalahan dalam memahami makna kefasiqan. Menurut mereka kefasiqan adalah sebuah kedudukan tersendiri antara iman dan kekafiran, yakni bukan iman dan bukan kufur yang mereka istilahkan dengan al-manzilah bainal manzilatain (sebuah kedudukan antara dua kedudukan). Sehingga menurut mereka seorang muslim yang berdosa besar disebut fasiq, bukan mukmin dan bukan juga kafir. Adapun di akhirat ia tidak masuk surga dan akan kekal di neraka.
Menyimpang dari agama
Fasiq juga bererti menyimpang dari agama dan cenderung pada kemaksiatan; sebagaimana iblis melanggar (fasaqa) perintah Allah, yakni menyimpang dari ketaatan kepada-Nya. Atau orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi senantiasa berbuat dosa/kemaksiatan.
[perlu rujukan] Allah SWT berfirman:
“ | “Sujudlah kamu kepada Adam; lalu mereka sujud melainkan iblis; dia adalah berasal dari golongan jin, lalu dia menderhaka terhadap perintah Tuhannya.” (TMQ al-Kahfi [18]:50) | ” |
Dalam ayat di atas, frasa berbuat fasiq terhadap perintah Tuhannya ertinya keluar dari ketaatan kepada-Nya.
Fasiq juga bererti keluar dari kebenaran. Kerana itu, fasiq kadang-kadang bererti syirik dan kadang-kadang bererti berbuat dosa. Seseorang dikatakan fasiq jika ia sering melanggar aturan/perintah. Fasiq juga bererti keluar dari sikap istiqamah dan bermaksiat kepada Tuhan. Kerana itu, seseorang yang gemar berbuat bermaksiat disebut orang fasiq.
[sunting]Ciri-ciri Orang yang Fasiq
- Tidak berhukum dengan hukum Allah
“ | “Dan barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.” (TMQ al-Maidah [5]: 47) | ” |
- Mempersoalkan perbandingan Allah
“ | “Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perbandingan apa sahaja, (seperti) nyamuk hingga ke suatu yang lebih daripadanya (kerana perbuatan itu ada hikmahnya), iaitu kalau orang-orang yang beriman maka mereka akan mengetahui bahawa perbandingan itu benar dari Tuhan mereka dan kalau orang-orang kafir pula maka mereka akan berkata: Apakah maksud Allah membuat perbandingan dengan benda ini? (Jawabnya): Tuhan akan menjadikan ramai orang sesat dengan sebab perbandingan itu dan akan menjadikan ramai orang mendapat petunjuk dengan sebabnya dan Tuhan tidak akan menjadikan sesat dengan sebab perbandingan itu melainkan orang-orang yang fasiq”. (TMQ al-Baqarah [2]:26) | ” |
[sunting]Larangan Mempercayai Orang yang Fasiq
“ | “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasiq membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” (TMQ al-Hujurat [49]:6) | ” |
[sunting]Allah tidak akan memberi petunjuk hidayah
“ | “(Orang-orang munafik itu) sama sahaja engkau meminta ampun untuk mereka atau engkau tidak meminta ampun bagi mereka. Jika engkau (wahai Muhammad) meminta ampun bagi mereka tujuh puluh kali (sekalipun) maka Allah tidak sekali-kali mengampunkan mereka; yang demikian itu, kerana mereka telah kufur kepada Allah dan RasulNya; dan Allah tidak akan memberi petunjuk hidayah kepada kaum yang fasiq.” (TMQ At-Taubah [9]:80) | ” |
[sunting]Azab Neraka Balasan Orang yang Fasiq
“ | “(Jika demikian halnya) maka adakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasiq? Mereka tidaklah sama (dalam menerima balasan). Adapun orang-orang yang beriman dan beramal soleh, maka mereka akan beroleh Syurga tempat tinggal yang tetap sebagai balasan bagi apa yang mereka telah kerjakan. Dan sebaliknya orang-orang yang fasiq, maka tempat kediaman mereka ialah Neraka; tiap-tiap kali mereka hendak keluar dari Neraka itu, mereka dikembalikan kepadanya, serta dikatakan kepada mereka: Rasalah azab Neraka yang kamu sentiasa mendustakannya di dunia dahulu.” (TMQ As-Sajadah [32]:(18-20) |